Remaja GMIM

#TeensForChrist

KITA HARUS TAHU TENTANG BUKTI ANAK INDONESIA DIDIDIK BODOH SEJAK KECIL

 

Setiap orang tua pasti punya kerinduan agar anaknya kelak menjadi orang yang berguna dan berbakti kepada orang tua ketika dewasa nanti. Tentunya harapan ini diwujudkan melalui proses pendewasaan anak melalui pendidikan di rumah maupun di luar rumah seperti di sekolah dan lingkungan sekitar. Namun sangat disayangkan, tanpa disadari oleh orang tua dan orang-orang yang ada di sekitar kita ternyata banyak pola pendidikan salah yang telah diterapkan kepada anak-anak sejak kecil bahkan sampai pada masa remaja. Benarkah hal itu terjadi? Apakah hal itu kebanyakan terjadi bagi anak-anak Indonesia? Mari kita simak artikel berikut untuk mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan ini.ANAK INDONESIA

Bangsa Indonesia tidak dapat bersaing dengan bangsa lain dalam berbagai bidang karena sejak dini mereka telah dididik dengan salah dan hal ini dikuatkan dengan adanya bukti anak Indonesia dididik bodoh sejak kecil dan hingga saat ini masih berlangsung. Benarkah itu? Apa saja bukti-bukti tersebut?

Mengapa anak perlu dididik? setiap manusia memerlukan pendidikan dalam hidupnya baik secara formal maupun non formal, bukan hanya anak-anak saja yang perlu dididik tetapi orang dewasa pun ternyata juga masih perlu dididik untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Ada beberapa alasan yang penulis ingin sampaikan mengapa seorang anak harus dididik sejak dini yaitu:

  1. Menurut pandangan umum

 Menurut pandangan umum ada beberapa alasan yang mewajibkan seorang anak harus dididik dalam keluarga yaitu:

  • Agar dapat mencapai kedewasaan yaitu kemandirian dan dapat bertanggung jawab atas semua perbuatannya.
  • Agar dapat tumbuh menjadi pribadi yang baik dan berguna bagi orang lain.
  • Agar dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah sehingga mampu memilih perbuatan mana yang harus dipilihnya karena semua itu ada konsekuensinya.
  • Agar dapat memiliki rasa kepekaan terhadap lingkungan di sekitarnya sehingga memiliki rasa kepedulian yang tinggi dengan lingkungannya.
  1. Menurut pandangan agama

Menurut pandangan agama ada beberapa alasan seorang anak harus dididik sejak dini yaitu:

  • Agar anak mengenal siapa Tuhannya.
  • Agar tidak melakukan perbuatan dosa yang dapat mengakibatkan kerusakan total baik secara psikis, fisik maupun spiritual.
  • Agar tumbuh menjadi manusia yang tidak melakukan perbuatan yang tidak benar atau salah menurut agamanya.
  • Agar tumbuh menjadi manusia yang selalu berjalan menurut jalan yang telah dibenarkan oleh agamanya.

Itulah mengapa seorang anak perlu dididik sejak usia dini. Namun kesalahan dalam mendidik anak dapat berakibat fatal hingga dia dewasa kelak, hal ini terjadi pada anak Indonesia yang dididik menjadi bodoh sejak kecil sehingga tidak heran jika sampai saat ini tidak ada satupun orang Indonesia yang mampu menjadi seorang yang dikenal dunia karena prestasinya dan bahkan tak ada satupun ilmuwan dunia yang berasal dari negara ini. Benarkah itu? Berikut adalah beberapa bukti yang membenarkan bahwa anak Indonesia telah dididik untuk bodoh sejak kecil:

  1. Pengenalan lagu anak-anak yang salah.

Sejak kecil anak Indonesia sudah dikenalkan dengan lagu anak-anak yang sangat bervariatif, tetapi tahukah anda ternyata lagu-lagu tersebut banyak yang mengandung nilai-nilai yang salah sehingga hal ini dapat berpengaruh pada pola pikir anak selanjutnya. Salah satu contohnya adalah lagu balonku, didalam lagu ini dinyanyikan terdapat 5 warna balon yaitu merah. kuning, kelabu, merah muda, dan biru, namun dibait selanjutnya disebutkan balon yang meletus adalah balon warna hijau padahal warna itu tidak ada dalam bait pertama tadi. Sungguh aneh kan?

“Balonku ada lima rupa-rupa warnanya

Merah kuning kelabu, merah muda dan biru

Meletus balon hijau… tass…

Hatiku sangat kacau

Balonku tinggal empat, kupegang erat-erat…”

Masih banyak juga contoh lagu anak-anak yang di dalamnya terdapat pendidikan salah dalam memahami sesuatu. Bahkan berkembang di kalangan remaja pun banyak lagu-lagu yang sengaja dipelesetkan sehingga kedengaran lucu tetapi mengandung unsur pendidikan yang salah.

  1. Tradisi perpeloncoan saat MOS atau Ospek di kampus.

Bukti anak Indonesia dididik bodoh dari kecil selanjutnya adalah adanya tradisi peloncoan MOS. Tradisi ini sudah sejak lama mengakar di negeri ini dan merupakan tradisi pembodohan. Mengapa saya katakan demikian? dalam tradisi ini banyak mengandung nilai-nilai negatif yang dapat mempengaruhi pola pikir anak, diantaranya adalah:

  • Menanamkan rasa takut pada penguasa. (biasanya saat MOS baik di SMP maupun Di SMA/SMK ataupun Ospek di Kampus sering menerapkan prinsip Senior lebih berkuasa sehingga anak-anak baru atau siswa baru/mahasiswa baru terkesan harus tunduk pada kakak-kakak yang harus menginstruksikan sesuatu dan wajib dilaksanakan, jika tidak pasti dapat ganjaran/sangsi. Disitulah muncul rasa takut pada yang berkuasa saat itu. Benar atau salah tindakan senior tetap harus dipatuhi.)
  • Menamkan rasa ketaatan dan kepatuhan terhadap perintah meskipun perintah itu salah. (saat MOS atau Ospek biasanya senior atau kakak-kakak, seenaknya saja menyampaikan perintah kepada adik-adiknya tanpa mempedulikan perintah itu benar atau salah, berakibat fatal atau tidak, yang penting senior berkuasa. Contohnya: disuruh merayap harus merayap dan akhirnya badan terluka dll. Hal ini memberi dampak secara psikologis kepada anak-anak.)
  • Tidak adanya nilai demokrasi yang dapat menjunjung nilai-nilai kemanusiaan. (saat MOS atau Ospek biasanya muncul nilai-nilai negatif terhadap pendidikan karakter, contohnya: kalau ada anak-anak yang punya hubungan dekat dengan kakak-kakak, biasanya mendapat perlakuan yang istimewah atau disanjung-sanjung misalnya adik kandung dari ketua OSIS atau anak dari salah satu guru favorit di sekolah bahkan ada anak-anak yang disegani oleh kakak pembina tertentu, dll. Atau sebaliknya mungkin karena ada hubungan dekat sehingga sering mendapat bentakan dari kakak pembina. Lantas anak-anak yang lain bagaimana? Mereka pasti diberlakukan sesuai peraturan dari para senior.)

    3.   Membiasakan anak bermental lemah, tidak kreatif dan tidak berani menghadapi tantangan.

  • Menakut-nakuti si anak dengan keadaan yang tidak benar. (kebiasaan orang tua untuk menghindari si anak menangis tengah malam dengan cara menakut-nakuti bahwa di luar ada setan atau ada makhluk yang ditakuti. Membiasakan anak supaya tidak nakal dengan cara menakut-nakuti anak dengan orang lain yang ada di sekitarnya, atau menakuti anak dengan suara kucing mengeong atau anjing melolon, dll. Hal ini berefek secara psikologis dengan membuat si anak jadi tidak berani menghadapi tantangan.)
  • Membatasi kreatifitas anak untuk berpikir dan membuat sesuatu. (kebiasaan orang Indonesia yang terlalu sayang kepada anak agar tidak celaka atau sebaliknya sayang pada benda berharga supaya tidak rusak, maka sering kali banyak tindakan melarang anak untuk berbuat sesuatu di rumah atau di tempat lain. Contohnya: HP mahal ketika dipegang si anak sering di larang jangan dipegang nanti rusak ayo lepaskan itu milik tante anu, hal ini justru membatasi anak untuk berpikir apa sih fungsi alat ini pada sebenarnya boleh dipegang namun diawasi oleh orang tua atau siapa yang ada di sekitarnya. Ketika anak menjangkau barang atau benda di sekitar kita sering dihantam, dihajar atau dibentak oleh orang tua atau siapa saja yang ada di sekitarnya sehingga membuat si anak takut dan menangis. Hal ini berakibat si anak berpikir terbatas dan takut berkreasi lagi. Memang menghindarkan anak dari jangkauan benda tajam atau berbahaya itu penting tetapi yang lebih penting adalah bagaimana kita mengawasi gerak-gerik si anak ketika dia bermain atau beraktifitas dengan mempertimbangkan benda-benda yang layak di jangkau atau tidak.)
  1. Mendidik anak dengan kata-kata alay, sayang tapi tidak bermakna Cuma alasan lucu dan bangga yang tidak berarti.
  • Mengulang-ulang kata yang salah di depan si anak secara terus menerus dengan menganggap lucu. (misalnya kalau di Manado ada bahasa-bahasa isyarat mama yang sering salah bagi anak-anak contohnya: mau makan si anak sering mendapat isyarat “mamam” atau “nyamnyam” pada sebenarnya yang dimaksud adalah “makan” biarlah bahasa yang kita bilang adalah makan bukan nyamnyam atau mamam, itu salah. Atau ketika anak baru belajar berbicara muncul kata tertentu misalnya “takut” tapi si anak belajar bicara dia hanya menyebut dengan kata “tatut”, namun karena kealayan dari mamanya sehingga sering kali kata itu diulang ulang di depan si anak misalnya “ itu pohon… ih tatut, tatut… mama tatut”. Ini adalah sama saja orang tua membodohi anaknya sendiri dengan alasan pingin alay dengan si anak.
  • Luapan rasa kasih sayang alay yang salah dari orang tua yang berefek psikologis bagi anak. (misalkan luapan rasa kasih sayang dengan kata-kata alay tapi salah: “aduh ciaang… mama cayang neh…” dll. Ada baiknya kan kalau dibahasakan dengan benar biar si anak mendengar dengan benar sejak kecil “aduh kasihan anakku yang maniiiisss…. mama sayang sama bayiku… heheheee….” dll.)
  • Kebiasaan anak remaja menggunakan kata-kata alay tidak bermakna dan singkatan-singkatan bahasa isyarat ABG yang keseringan sehingga kurang memahami lagi bahasa yang sesungguhnya. (kebiasaan mengirim sms dan status sosial media serta BBM yang sering di singkat atau alay menyebabkan anak-anak di sekolah sering salah berbahasa dan kurang paham lagi dengan bahasa-bahasa ilmiah karena sudah terbiasa dengan kata-kata alay yang kurang bermakna.)

Jika dibandingkan dengan tradisi MOS dan cara didik anak  dinegara barat, maka sangat jauh berbeda, dinegara tersebut semua anak didik untuk menjadi jiwa yang mandiri, mampu bekerja sama dengan tim, mampu berbicara didepan umum, dan dapat melakukan riset secara mandiri maupun kelompok yaitu dengan memberikan projek kerja selama MOS tanpa adanya peloncoan. Ataupun dibiasakan dengan mengenal alat-alat atau benda-benda sehingga mereka bisa berkreasi dan berpikir untuk menciptakan sesuatu.

Itulah beberapa bukti anak Indonesia dididik bodoh sejak kecil maka tak heran jika bangsa Indonesia tidak mampu bersaing dengan bangsa lain dan tidak memiliki kemajuan dibidang IPTEK.

Untuk mengatasi hal tersebut maka mari kita hindari cara didik anak yang salah itu dan kita lakukan pendidikan anak yang benar dan bermakna sehingga anak-anak Indonesia menjadi lebih baik dan mampu bersaing dengan bangsa lain.

 

Read Previous

Talentaku Untuk Kemuliaan Nama Tuhan

Read Next

Hutan Gunung Lokon di Kota Tomohon Terbakar Warga Tomohon Gempar