Remaja GMIM

Catatan Pembina Remaja GMIM Buat Kakak Kakak Pemilih Calon KPRS GMIM

Brilliant Johanes Maengko

Sebuah perenungan di Minggu sengsara menuju Pemilihan KPRS GMIM

“Kita bukan malaikat dan mereka bukan iblis”

(Manado, 22 Februari 2018) – Melihat begitu banyak tulisan dan perhatian terhadap kondisi pelayanan di Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM), khususnya dalam proses menuju Pemilihan Komisi Pelayanan Remaja Sinode (KPRS) GMIM.

Sayapun sebagai seorang Pembina remaja ingin sedikit membagikan perenungan yang sekiranya bisa bermanfaat bagi para pemerhati remaja GMIM lebih tepatnya untuk pemilih yang nantinya akan memilih The New Squad of KPRS GMIM pada tanggal 3 Maret 2018 di wilayah Amurang.

Pada Minggu Sengsara yang Pertama ini GMIM menyodorkan tema “Panggilan untuk ikut menderita” dalam bacaan Alkitab di 2 Timotius 2:1-13 sesuai dengan Trilogi Pembangunan Jemaat tanggal 18 sampai dengan 24 Februari 2018 yang memiliki tema bulanan “Penatalayanan yang memiliki Kapabilitas, Integritas, dan Komitmen”.

Saya tidak akan membahas begitu dalam tentang apa arti panggilan, menderita, apabilitas, integritas, dan komitmen tapi akan mengajak kita merenungkan: Sudahkah mereka (nama-nama dalam nominasi KPRS) yang nantinya akan kita pilih tersebut Ikut menderita sebagai murid Kristus dalam panggilan pelayanan? Apakah mereka memiliki kapabilitas, integritas, dan komitmen?

Sebelum merenungkannya mari kita posisikan diri kita sebagai para nominator yang akan dipilih nantinya dengan membuka mata hati dan pikiran bahwa kita ini bukan malaikat dan mereka bukan iblis.

Apabila sudah selesai merenungkannya mari kita kembali membaca dan mengingat tentang kisah Raja Saul, dimana saat itu bangsa Israel mendesak Samuel yang menjabat sebagai hakim (1 Samuel 7-8) untuk mengangkat seorang raja atas umat pilihan Tuhan tersebut.

Dalam 1 Samuel 10 tertulis disana bagaimana Saul menjadi raja dengan undian dan pada 1 Samuel 13 tertera bahwa Saul tidak taat kepada Tuhan saat orang Filistin datang menyerang sehingga akhirnya dia (red. Saul) ditolak sebagai raja pada 1 Samuel 15.

Ketika membaca kisah ini kembali, saya kemudian berpikir ternyata kita bisa mendesak Tuhan untuk memilih seorang pemimpin dan Tuhanpun menyertai (red. mengurapi) pemimpin tersebut setelah terpilih namun seiring berjalannya waktu integritas dan komitmen Saul diuji sehingga nyata bahwa dia tidak memiliki kapasitas sebagai seorang pemimpin yang diinginkan oleh Tuhan dan saat itupun saya memahami bahwa apa yang diinginkan manusia semata tanpa meminta petunjuk Tuhan dengan saksama akan jatuh dengan sendirinya.

Di KPRS GMIM sendiri saya sudah ikut serta dalam pelayanan ini sejak tahun 2005 ketika mengikuti pemilihan remaja teladan waktu itu. Memahami pola pelayanan Ka Antje yang begitu dekat dengan Remaja mengingatkan saya bahwa beliau sangat rendah hati tidak memandang jabatannya sebagai seorang wakil bupati saat itu dimana seakan tidak ada sekat antara para remaja dan ka Antje dalam tiap pelayanan yang dilaksanakan. Dimalam terakhirpun dari alm.

Ka’ Jimmy saya sempat berkunjung dan mendoakan ka Jimmy di RS pada sore hari tersebut sebelum beberapa jam kemudian ka Jimmy menghembuskan nafas terakhir, tidak banyak yang saya lewati bersama dengan ka Jimmy namun sempat mendengar cerita bahwa beliau adalah sosok yang sederhana tidak memandang keterbatasan sebagai batas dalam pelayanan.

Di awal pelayanan dari ka Moody sebagai ketua KPRS saya sempat bersama ikut berkunjung ke Modoinding saat ada festival kentang pertama disana, waktu itu tidak ada kata finishing well karena saya percaya ka Moody sendiri yakin bahwa KPRS GMIM periode bersama ka Moody akan berakhir dengan baik sesuai perkenanan Tuhan yang ada hanyalah seorang ka Moody yang murah senyum dan mengajarkan kita agar bisa saling mengasihi dan membantu sesama saat makan siang di pinggir pantai menuju ke Modoinding.

Banyak hal yang saya pelajari bersama KPRS dari masa ke masa, entah itu mengenai integritas yang mana mengatakan ya dengan hal yang benar dan tidak dengan hal yang salah kemudian tentang komitmen dalam pelayanan yang mana benar-benar diuji ketika harus membagi waktu antara keluarga dan pelayanan apabila ada dalam waktu yang bersamaan, tentang kapabilitas dimana seorang KPRS benar-benar harus mampu menyesuaikan dirinya sebagaimana tugas yang diembannya.

Benar-benar bahwa yang dibutuhkan dalam tubuh KPRS adalah mereka yang benar-benar mau mengabdikan dirinya sebagai seorang pelayan bukan menjadi seorang pemimpin. Sebab harus dipisahkan pemimpin dalam pelayanan dan pemimpin dalam masyarakat dalam tatanan pemerintahan di suatu daerah ataupun negara.

Siapapun nanti yang akan dipilih oleh kakak-kakak/ teman-teman Pembina remaja GMIM, jangan merusak kusuknya minggu sengsara ini. Silahkan mengeluarkan pendapat masing-masing tapi sekiranya jangan menganggap diri kita ini adalah malaikat dan mereka (nominator) yang tidak kita suka adalah iblis.  Sebab waktu Tuhan dengan sendirinya akan mengajarkan kita siapa sebenarnya yang harus kita pilih dan siapa sebenarnya yang pantas menjadi pelayan.

Ingat bahwa prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, atlit hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga, dan petani yang bekerja keras pasti akan menikmati hasil usahanya. Tuhan yang adalah sumber segala hikmat pasti memberi pengertian kepada kakak-kakak dan teman-teman pembina remaja se-Sinode GMIM. Syalom! Damai dihati!

(Brilliant Johanes Maengko, Sekretaris Remaja Jemaat Samaria Pakowa periode 2018 – 2021, Purna Remaja Teladan Sinode GMIM 2005, utusan Remaja GMIM pada PKR PGI 2007 di Bogor)

Read Previous

Ibadah ‘Valentin’ Remaja Nafiri Malalayang

Read Next

KPRS Gelar Pelatihan Manajemen Organisasi Kristiani