Pembacaan Alkitab: Matius 9:35-38
Tema: Mewujudkan Belas Kasihan Allah
Penulis: Pdt. Meilita Ering, M.Teol
Syaloom. Damai di hati…
Adik-adik remaja dan kakak-kakak pembina remaja yang diberkati Tuhan, di tengah pandemi COVID-19 sekarang ini, semoga kita tetap kuat, semangat dan sukacita dalam Tuhan. Wabah virus corona yang masih menyebar di penjuru dunia termasuk sampai di daerah kita Sulawesi Utara telah menjadi bagian pergumulan dari Gereja. Banyak yang menderita sampai tak berdaya akibat dari dampak penyebaran virus corona. Walau dalam keadaan terpuruk, kita tetap bersyukur karena saat seperti ini kita semakin banyak yang terdorong untuk mewujudkan belas kasihan Allah untuk menolong orang-orang yang dalam kesulitan hidup. Bacaan Alkitab saat ini dalam Matius 9:35-38 ditulis dengan teratur oleh Matius murid Yesus sehingga mudah dipahami. Injil ini untuk orang-orang Kristen Yahudi (berbahasa Ibrani), sehingga ditulis dalam bahasa Ibrani dan kemudian diterjemahkan dalam bahasa Yunani. Bagian awal ayat 35 dari cerita ini sama dengan bagian pada Matius 4:23 yang menekankan akan pekerjaan mulia dari Tuhan kita Yesus Kristus. Ia melakukan pengajaran dan melakukan penyembuhan walaupun tindakan kebaikan-Nya mendapat reaksi negatif, ditolak, disalah artikan dan difitnah. Pada bagian bacaan ini Tuhan Yesus mengajarkan tentang belas kasihan kepada orang banyak.
Pada ayat 35 kita dapat belajar dari Tuhan Yesus, bagaimana dalam melayani Ia tidak hanya mengunjungi kota-kota besar dan megah, melainkan juga desa-desa miskin dan terpencil, di sanalah Ia memberitakan Injil dan menyembuhkan segala penyakit. Saat itu semakin banyak yang mengikuti-Nya, maka tergeraklah hati Tuhan Yesus oleh belas kasihan kepada mereka. Sungguh, Yesus mengajarkan bagaimana pentingnya bersimpati atau menaruh perasaan untuk prihatin pada orang lain dan berempati atau menaruh perasaan bersama untuk peduli dan senang menolong orang lain. Ditekankan dalam ayat 36, belas kasihan dari Tuhan Yesus dinyatakan dengan tindakan untuk menolong orang-orang yang lelah dan terlantar. Lelah yang dialami oleh orang banyak itu bukan lelah biasa, tapi suatu kondisi yang dialami orang sampai begitu menderita, tersiksa, susah dan miskin. Ditambah lagi mereka terlantar atau tidak berdaya dan terlepas dari yang lain. Hal ini membuat Tuhan Yesus melihat ada kesamaan besar antara orang-orang banyak itu dan domba-domba, sehingga Ia mengatakan mereka seperti domba yang tidak bergembala atau tidak mempunyai pemandu. Mereka menderita, baik secara badani maupun secara rohani. Tuhan Yesus melihat tubuh mereka menjadi lemah karena penyakit-penyakit dan ahli-ahli Taurat yang seharusnya menjadi gembala untuk mereka, tidak merupakan pemimpin-pemimpin yang baik dan cocok. Sehingga orang-orang banyak yang hidup dalam penderitaan mendapat perhatian besar dari Tuhan Yesus. Bagi Tuhan Yesus, orang-orang itu dapat menjadi “suatu tuaian untuk Kerajaan Allah” jikalau mereka mau menerima Kristus dan Injil-Nya (ay. 37). Jadi usaha pekerjaan menuai sudah dimulai saat itu, tapi terkendala dengan pekerja yang sedikit sehingga Ia memesankan kepada murid-murid-Nya untuk berdoa kepada Tuhan (yang Empunya tuaian) supaya Ia mengirim pekerja-pekerja untuk tuaian itu (ay. 38). Ini menunjukkan betapa pentingnya Doa manusia!.Sehingga dari doa, selanjutnya pada pasal 10 disampaikan kedua belas murid Tuhan Yesus boleh menjadi pekerja-pekerja untuk menolong orang-orang yang hidup dalam penderitaan.
Adik-adik remaja dan kakak-kakak pembina remaja yang diberkati Tuhan, tidak terpikirkan oleh kita jika tahun 2020 ini menjadi tahun krisis kesehatan dunia akibat dari COVID-19 atau virus corona. Sejak pertama kali dideteksi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok pada bulan Desember 2019, COVID-19 telah menjadi pandemi karena telah menyebar dengan cepat secara global. Ini telah berimbas pada masalah ekonomi, pendidikan, sosial, hukum, dan sebagainya. Banyak orang menderita akibat COVID-19, yang telah terinfeksi harus berjuang untuk sembuh, orang-orang yang dirumahkan, ada yang telah di PHK (pemutusan hubungan kerja), mengalami kesulitan bahan makanan, pelajar tidak dapat ke sekolah, gangguan keamanan, belum lagi dampak kerugian secara nasional dan dunia. Sungguh, ini telah membuat banyak orang menderita bahkan tak berdaya karena jumlah pasien yang terinfeksi di berbagai daerah sampai akhir bulan Mei 2020 masih bertambah, dan tenaga kesehatan banyak yang telah terpapar COVID-19, belum lagi sering kekurangan APD untuk tenaga kesehatan, dsb. Dari bagian Firman Tuhan saat ini, sebagai remaja dan pembina remaja, hendaklah kita memiliki belas kasihan seperti yang ditunjukkan oleh Tuhan Yesus. Belas kasih dengan bersimpati, merasa prihatin atas krisis kesehatan yang melanda dunia, bahkan hendaklah kita dapat memiliki belas kasih yang menunjukkan rasa empati, dimana ada kepedulian dengan turut mengambil bagian untuk dapat membantu menangani COVID-19. Seperti dalam bacaan firman, ketika banyak orang yang menderita terjadi lagi masalah yaitu kekurangan pekerja, dan saat ini hal yang sama juga terjadi. Ketika banyak orang yang menderita akibat dari COVID-19, yang menjadi salah satu masalah yaitu kurangnya tenaga kesehatan, sehingga seperti apa yang Tuhan Yesus perintahkan yaitu marilah kita berdoa, doa untuk kiranya Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan dalam menangani COVID-19, apakah itu tenaga kesehatan, APD, bahkan semoga vaksin yang tepat dapat segera ditemukan. Yakinlah, Tuhan akan menjawab sesuai waktu dan rencana-Nya.
Dalam menghayati HUT PI (Pekabaran Injil) dan Pendidikan Kristen GMIM, 12 Juni 2020 yang ke-189, saatnya kita tunjukkan bahwa remaja juga mampu menjadi pekerja Kristus dengan menjadi “relawan” dari rumah atau pekerja-pekerja yang dapat mengambil bagian dalam menangani COVID-19. Kita dapat menjadi agen sosialisasi dengan kreatifitas penyampaian masing-masing, menggunakan masker, stay at home atau tinggal di rumah, menjaga kebersihan, berolahraga, makan makanan bergizi dan melakukan hal-hal yang positif dari rumah, dan kita juga dapat memberikan bantuan secara langsung apabila kita mampu. Jika bukan kita, siapa lagi? Saatnya kita belajar bersimpati dan berempati, mewujudkan belas kasihan Allah, dimulai dari hal-hal yang sederhana. Salam sehat, semangat dan sukacita. Tuhan Yesus memberkati. Amin.
Pertanyaan:
1. Mengapa Tuhan Yesus memiliki belas kasihan menurut teks bacaan Matius 9:35-38?
2. Apa yang dapat kita lakukan dalam mewujudkan belas kasihan Allah dalam situasi pandemi COVID-19 ?